HADITS TENTANG
ILMU PENGETAHUAN
DAN KEUTAMAAN ORANG YANG BERILMU
DAN KEUTAMAAN ORANG YANG BERILMU
Penulis:
Ahmad
Fauqi Alie
Ahmad
Sholeh
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS HASYIM ASYARI
TEBUIRENG JOMBANG
2014-2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-penting
sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat, dari pada
selainnya. Kemuliaan akan didapat bagi pemiliknya dan keutamaan akan diperoleh
oleh orang yang memburunya. Allah SWT berfirman :
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي
الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَاَلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ (الزمر: 9)
Artinya: “Katakanlah (Wahai
Muhammad!): ‘Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak
berilmu?’”. (QS. Az-Zumar: 9)
Dengan ayat ini Allah
SWT, tidak mau menyamakan orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu,
disebabkan oleh manfaat dan keutamaan ilmu itu sendiri dan manfaat dan
keutamaan yang akan didapat oleh orang yang berilmu.[1]
Dalam kehidupan dunia,
ilmu pengetahuan mempunyai perang yang sangat penting. Perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan bagi kehidupan baik dalam
kehidupan individu maupun kehidupan bermasyarakat. Menurut al-Ghazali dengan
ilmu pengetahuan akan diperoleh segala bentuk kekayaan, kemuliaan, kewibawaan,
pengaruh, jabatan, dan kekuasaan. Apa yang dapat diperoleh seseorang sebagai
buah dari ilmu pengetahuan, bukan hanya diperoleh dari hubungannya dengan
sesama manusia, para binatangpun merasakan bagaimana kemuliaan manusia, karena
ilmu yang ia miliki.[2] Dari sini, dengan jelas
dapat disimpulkan bahwa kemajuan peradaban sebuah bangsa tergantung kemajuan
ilmu pengetahuan yang melingkupi.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah definisi ilmu menurut bahasa dan isthilah ?
2.
Adakah dalil tentang ilmu?
3.
Bagaimana pandangan para ulama tentang pentingnya ilmu?
4.
Apa keutamaan orang yang berilmu?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui definisi menurut bahasa dan isthilah.
2. Mengetahui beberapa dalil tentang ilmu.
3. Mengetahui
pandangan para ulama tentang pentingnya ilmu.
4. Mengetahui
keutamaan orang yang berilmu
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Keutamaan Ilmu
Ilmu adalah isim
masdar dari ‘alima yang berarti mengetahui, mengenal, merasakan, dan menyakini.
Secara istilah, ilmu ialah dihasilkannya gambaran atau bentuk sesuatu dalam
akal.[3]
Karena pentingnya ilmu
dan banyaknya faidah yang terkandung di dalamnya, para ulama menyimpulkan bahwa
menuntut ilmu adalah wajib, sesuai dengan jenis ilmu yang akan dituntut. Inilah
hukum dasar menuntut ilmu, berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة
Artinya: “Menunut ilmu hukumnya
wajib bagi orang islam laki-laki dan orang islam perempuan”.
Peranan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan seseorang sangat besar, dengan ilmu pengetahuan,
derajat manusia akan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Allah SWT
berfirman:
شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو
الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (آل
عمران: 18
Artinya: “Allah menyatakan
bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang
menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak
disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”(QS. Ali Imran: 18).
Dalam ayat ini
dijelaskan bahwa yang menyatakan bahwa tiada yang berhak disembah selain Allah
adalah dzat Allah sendiri, lalu para malaikat dan para ahli ilmu. Diletakkannya
para ahli ilmu pada urutan ke-3 adalah sebuah pengakuan Allah SWT, atas kemualian
dan keutamaan para mereka.
Dalam ayat lain Allah
berfirman:
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ
دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (المجادلة: 11
Artinya: “Niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.(QS. Al-Mujadalah: 11)
Ibnu ‘Abbas ketika menafsirkan ayat ini mengatakan
bahwa derajat para ahli ilmu dan orang mukmin yang lain sejauh 700 derajat.
Satu derajat sejauh perjalanan 500 tahun.[4]
B. Hadits-Hadits yang Menjelaskan
Pentingnya Ilmu
Hadits-hadits yang
menjelaskan pentingnya ilmu sangat banyak, dan tidak mungkin disebutkan
semuanya dalam makalah ini. Para ulama ahli hadits pada umumnya menuliskan bab
tersendiri yang menjelaskan pentingnya ilmu. Mereka bahkan menulis sebuah kitab
yang khusus menjelaskan betapa pentingnya ilmu bagi seluruh sendi kehidupan,
baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.
Sabda Rasulullah SAW:
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ (رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه
وابن حبان
Artinya: “Orang-orang
yang berilmu adalah ahli waris para nabi” (HR. Abu Daud, Tirmidzi,
Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Tentu sudah diketahui,
bahwa tidak ada kedudukan di atas kenabian dan tidak ada kemuliaan di atas
kemulian mewarisi kedudukan kenabian tersebut.
Rasulullah SAW
bersabda:
يَسْتَغْفِرُ لِلْعَالِمِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ (رواه أبو داود
والترمذي وابن ماجه وابن حبان
Artinya: “Segala apa yang ada di
langit dan bumi memintakan ampun untuk orang yang berilmu”. (HR. Abu Daud,
Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Kedudukan apa yang
melebihi kedudukan seseorang yang selalu dimintakan ampun oleh para malaikat
langit dan bumi?.
Rasulullah SAW
bersabda:
أَفْضَلُ النَّاسِ الْمُؤْمِنُ الْعَالِمُ الَّذِيْ إِنِ احْتِيْجَ إِلَيْهِ
نَفَعَ وَإِنِ اسْتُغْنِيَ عَنْهُ أَغْنَى نَفْسَهُ (رواه البيهقي
Artinya: “Seutama-utama
manusia ialah seorang mukmin yang berilmu. Jika ia dibutuhkan, maka ia menberi
manfaat. Dan jika ia tidak dibutuhkan maka ia dapat memberi manfaat pada
dirinya sendiri”.(HR. Al-Baihaqi)[5]
Hadits ini menjelaskan
bagaimana keutamaan ilmu bagi seseorang, dimana ia akan memberikan manfaat dan
dibutuhkan oleh orang-orang disekitarnya. Bahkan jika seorang yang berilmu
terangsingkan dari kehidupan sekitarnya, ilmu yang ia miliki akan memberikan
manfaat kepada dirinya sendiri, dan menjadi penghibur dalam kesendiriannya.
Tentang pentingnya
ilmu Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ (رواه البخاري ومسلم
Artinya: “Barang siapa
dikehendaki bagi oleh Allah, maka Allah memberi kepahaman untuknya tentang
ilmu”, (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini adalah
hadits yang urgen, dimana seolah-olah Allah menggantungkan kebaikan seseorang
terhadap kepahamannya terhadap agama, dalam arti kwalitas dan kwantitas ilmunya
dalam masalah agama. Dari sini dapat diketahui bahwa ilmu adalah penting,
karena ia menjadi penentu baik dan buruk seseorang. Dengan ilmu ia akan
membedakan salah dan benar, baik dan buruk dan halal dan haram.
Dalam hadits lain
Rasulullah SAW bersabda:
إنَّ مَثَلَ مَا بَعَثَنِي اللهُ بِهِ مِنْ الْهُدَى , وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ
غَيْثٍ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَتْ مِنْهَا طَائِفَةٌ طَيِّبَةٌ قَبِلَتْ الْمَاءَ
, فَأَنْبَتَتْ الْكَلَاَ , وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ , وَكَانَ مِنْهَا أَجَادِبُ
أَمْسَكَتْ الْمَاءَ , فَنَفَعَ اللهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا مِنْهَا ,
وَسَقَوْا , وَزَرَعُوا , وَأَصَابَ طَائِفَةً مِنْهَا أُخْرَى إنَّمَا هِيَ
قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ الْمَاءَ , وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً , فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ
فَقُهَ فِي دِينِ اللهِ , وَنَفَعَهُ بِمَا بَعَثَنِي اللهُ بِهِ , فَعَلِمَ , وَعَلَّمَ
, وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا , وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللهِ
الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ (رواه البخاري ومسلم
Artinya: “Perumpamaan apa yang
dituliskan oleh Allah kepadaku yakni petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan
lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada yang gemburyang dapat menerima
air lalutumbuhlah padang rumput yang banyak. Dari panya ada yang keras dapat
menahan air dan tidak dapat menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang
yang tidak menolak kepadanya, dan mengajar, dan perumpamaan orang yang pandai
agama Allah dan apa yang dituliskan kepadaku bermanfaat baginya, ia pandai dan
mengajar, dan perumpamaan orang yang tidak menolak kepadanya, dan ia tidak mau
menerima petunjuk Allah, yang mana saya di utus dengannya”. (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dari Sahal bin Sa’ad
RA, ia menceritakan sabda Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib:
فَوَاَللهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلًا , وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ
حُمْرِ النَّعَمِ (رواه البخاري ومسلم
Artinya: “Demi Allah! Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang karenamu,
maka itu lebih baik dari pada himar-himar ternak” (HR. Bukhari Muslim)
Rasulullah SAW
bersabda:
مَنْ دَعَا إلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ
تَبِعَهُ , لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا , وَمَنْ دَعَا إلَى
ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ (رواه مسلم.
Artinya: “Barang siapa mengajak
kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya,
tidak dikurangi sedikitpun dari phala-pahala itu. Barang siapa mengajak kepada
kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tidak
dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa itu” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah
SAW bersabda:
إذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلَّا مِنْ ثَلَاثٍ : صَدَقَةٌ
جَارِيَةٌ , أَوْ عِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ , أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُو لَهُ
(رواه مسلم
Artinya: “Jika anak Adam
meninggal, maka terputuslah semua amalnya kecuali dari tiga perkara, shadaqah
jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya” (HR.
Muslim)
Hadits-hadits tersebut menjelaskan keutamaan-keutamaan dan pentingnya ilmu
bagi manusia. Dan masih banyak hadits-hadits lain.[6]
C. Pandangan Ulama Tentang Pentingnya
Ilmu
Imam As-Syafi’i
mengatakan:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ , وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ
فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
Artinya: “Barang siapa menghendaki (kebaikan) dunia, maka hendaknya ia
menggunakan ilmu, dan barang siapa menghendaki kebaikan akhirat, maka hendaknya
menggunakan ilmu”.[7]
Menurut Al-Ghazali
Ilmu, pengetatahuan itu indah, mulia dan utama. Tetapi, selama keutamaan itu
sendiri masih belum dipaham, dan yang diharapkan dari keutamaan itu masih belum
terwujud, maka tidak mungkin diketahui bahwa ilmu adalah utama.
Keutamaan adalah
kelebihan. Jika ada dua benda yang sama, sementara salah satunya mempunyai
kelebihan, maka benda itu bisa disebut utama, kalau memang kelebihan yang
dimaksud adalah kelebihan dalam sifat kesempurnaan.
Sesuatu yang indah dan
disenangi ada tiga macam, yaitu: sesuatu yang disenangi karena ada faktor lain
diluarnya, sesuatu yang disenangi karena nilai eksentriknya dan sesuatu yang
dicari karena nilai eksentriknya juga karena ada faktor lain diluarnya.
Uang adalah sesuatu
yang disenangi. Tetapi ia disenangi bukan karena nilai eksentriknya tetapi
karena ada faktor lain berupa dapat dibuatnya uang untuk mendapatkan yang lain.
Kebahagiaan adalah sesuatu yang disenangi karena nilai eksentriknya, artinya ia
disenangi karena kebahagian itu sendiri. Sedangkan sesuatu yang disenangi
karena ada faktor lain dari luar dan juga karena nilai eksentriknya dapat
dicontohkan seperti kesehatan badan. Kesehatan badan disamping bisa dibuat
untuk memperoleh tujuan dan kebutuhan lain, ia juga disenangi karena didalamnya
sendiri ada nikmat dan kenyamanan. Dari ketiga macam hal di atas, yang tentunya
lebih utama adalah yang ketiga.
Apabila memandang ilmu
pengetahuan, maka ia termasuk yang ketiga. Ilmu itu sendiri adalah keindahan
dan kelezatan, disamping ia dapat dijadikan perantara mendapatkan kebahagian,
baik di dunia maupun akhirat. Dengan ilmu kedekatan kepada Allah dapat diraih,
kelas lebih tinggi para malaikat dapat diperoleh dan status sosial yang tinggi
di surga dapat dinikmati. Dengan ilmu kemulian dunia, pengaruh, pengikut,
kemewahan, kekuasaan dan kehormatan dapat diperoleh. Bahkan binatang pun secara
naluri akan tunduk kepada manusia karena ilmu yang dimilikinya. Inilah
kesempurnaan ilmu secara mutlak.[8]
Ali bin Abi Thalib
berkata kepada Kumail yang artinya:
“Wahai Kumail, ilmu itu lebih utama dari
pada harta karena ilmu itu menjagamu, sedangkan kamu menjaga harta. Ilmu adalah
hakim, sedang harta adalah yang dihakimi. Harta menjadi berkurang jika
dibelanjakan, sedangkan ilu akan berkembang dengan diajarkan kepada orang lain”.[9]
Menurut Al-Mawardi,
keutamaan dan pentingnya ilmu dapat diketahui oleh semua orang. Yang tidak
dapat mengetahuinya hanya orang-orang bodoh. Perkataan ini adalah petunjuk bagi
keutamaan ilmu yang lebih mengena, karena keutamaan ilmu hanya dapat diketahui
oleh ilmu itu sendiri. Ketika seseorang tidak berilmu untuk mengetahui
keutamaan ilmu, maka ia meremehkan ilmu, menganggap hina para pemilinya, dan
menyangka bahwa hanyalah kekayaan dunia yang akan mengantarkannya kepada sebuah
kebahagiaan.[10]
Al-Mawardi juga
mengatakan bahwa, ilmu amatlah luas, jika di pelajari tidak akan pernah
selesai, selama bumi masih berputar, selama hayat di kandung badan selama itu
pula manusia memerlukan ilmu pengetahuan islam tidak hanya cukup pada perintah
menuntut ilmu, tetapi menghendaki agar seseorang itu terus menerus melakukan
belajar, karena manusia hidup di dunia ini perlu senantiasa menyesuaikan dengan
alam dan perkembangan zaman. Jika manusia berhenti belajar sementara zaman
terus berkembang maka manusia akan tertinggal oleh zaman sehingga tidak dapat
hidup layak sesuai dengan tuntutan zaman, terutama pada zaman sekarang ini,
zaman yang di sebut dengan era globalisasi, orang di tuntut untuk memiliki
bekal yang cukup banyak, berupa ilmu pengetahuan.[11]
D. Pandangan Penulis
Berdasarkan
firman-fiman Allah, hadits-hadits Rasulullah serta pendapat para ulama, maka
dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah sesuatu yang paling baik dari segala bentuk
benda yang ada. Ia juga adalah yang terpenting dari segala sesuatu yang
penting. Ilmu sendiri adalah sebuah keutamaan, dimana seseorang akan merasakan
kenikmatan dalam pergelutannya dengan ilmu, memberinya manfaat bagi dirinya,
memperbaiki akhlaknya, memberikan jalan keluar bagi kebuntuan pikirannya, serta
menunjukkannya jalan menuju keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam hubungannya
dengan makhluk-makhluk sekitarnya, orang yang berilmu mmeberikan banyak manfaat
kepada mereka, membantu mengeleuarkan mereka dari sebuah masalah, menunjukkan
mereka kepada kebenaran dan menghindarkan mereka dari jurang kenistaan, yaitu
kesengsaraan yang abadi di akhirat. Selain itu, ilmu adalah sebuah petunjuk
bagi maju atau berkembangnya sebuah peradaban bangsa. Artinya, kemajuan sebuah
bangsa dapat dilihat melalui kemajuan ilmu pengetahuan yang ada dalam
lingkungan mereka.
E. Keutamaan Orang Yang Berilmu
Begitu
banyak ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits yang menunjukkan keutamaan orang-orang
yang berilmu atas ahli ibadah yang tidak berilmu. Pepatah mengatakan bahwa ilmu
lebih utama daripada harta karena ilmu akan menjaga pemiliknya sedangkan harta,
pemiliknyalah yang harus menjaganya. Dan sesungguhnya, iman seseorang kepada
Allah dan hari akhir itu haruslah dibangun di atas ilmu. Tidak mungkin
seseorang dapat memiliki iman kepada hal-hal tersebut tanpanya. Tanpa ilmu,
seseorang hanya akan beragama tanpa memiliki dasar yang kuat dan hanya
ikut-ikutan saja. Akhirnya imannya akan mudah goyah oleh syubhat-syubhat yang
kini begitu merajalela.
Dalam
surat Al-Mujadalah Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman:“…Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat…” (Al-Mujaadalah: 11)
Rasulullah
pernah bersabda: “Keutamaan Orang
Alim atas ahli ibadah adalah seperti keutamaanku atas orang
yang paling rendah dari sahabatku.” (HR. Ad Dailami).
Beliau
juga bersabda dalam sabdanya yang lain: “Ulamaadalah pewaris para nabi.”
(HR At-Tirmidzi)
Dalam
hadits-hadits beliau, Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam tidak pernah
meminta kepada Allah untuk ditambahkan kepada beliau kecuali ilmu. Seandainya
ada sesuatu yang lebih utama dari ilmu, pastilah beliau akan mengajarkan ummatnya
untuk meminta hal tersebut.
Selain
itu, dalam surah Az-Zumar: 9 dan Al-Hasyr: 20, Allah membandingkan antara orang
yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui dan ahli surga dengan ahli
neraka dengan redaksi yang mirip. Hal ini menunjukkan bahwa beda derajat orang
yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu adalah sama dengan beda derajat
ahli surga dengan ahli neraka.
Dalam
surah Al-Mulk Allah berfirman “Yang
menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapa yang lebih baik amalnya…”
(Al-Mulk: 2). Ulama menjelaskan bahwa maksud dari ahsanu amalan adalah yang paling ikhlas dan yang benar, yakni
sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam. Bagaimana mungkin kita dapat meraih hal ini
tanpa ilmu?
Tidurnya
orang yang berilmu lebih ditakuti daripada sholatnya orang yang tidak berilmu.
Hal ini bisa terjadi karena tidurnya orang yang berilmu pastilah bertujuan
untuk istirahat agar dia mampu beribadah lagi kemudian. Selain itu, orang yang
mengamalkan ilmunya akan tidur dengan mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah di
dalamnya sehingga tidurnya tersebut akan bernilai ibadah. Sedangkan, ibadahnya
orang yang bodoh akan rawan terhadap bid’ah dan justru menjadikan syetan
menyukainya.
“Sesungguhnya para Nabi tidak
mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka
barangsiapa yang telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang
banyak.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Ibnu
Hajar Al-Atsqolani menyebutkan dalam kitab Fathul Baari bahwa ilmu yang
hukumnya fardhu ‘ain untuk dicari oleh setiap muslim adalah: “Ilmu syar’i yang bermanfaat mengetahui
kewajiban mukallaf dari perkara din-nya, baik urusan ubadah dan mu’amalah.
Serta ilmu tentang Allah, sifat-Nya, dan kewajiban kita terhadap urusan
tersebut, dan menyucikan-Nya dari kekurangan. Adapun semua itu berputar pada
tafsir, hadits, dan fiqh.” (Fathul Baari 1/141)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ilmu pengetahuan
adalah sesuatu yang utama, mulia dan penting. Oleh sebab itu semua harus
menyadari tentang hal ini, untuk membentuk keshalehan individu dan keshalehan
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Paling tidak setiap pendidik pada
lembaga pendidikan manapun harus mampu menyadari akan keutamaan dan pentingnya
ilmu, lalu menyalurkannnya kepada peserta didik, sehingga manfaat dan fungsi
ilmu pengetahuan dapat dirasakan secara menyeluruh, bukan sekadar formalitas
belaka.
Firman Allah dalam
al-Qur’an, hadits-hadits Rasulullah serta pandangan ulama, sebagaimana
dipaparkan di atas adalah bukti kongkrit akan keutamaan, kemulian dan
pentingnya ilmu bagi seluruh sendi kehidupan. Ia adalah kunci bagi kebahagiaan
dan keselamatan di dunia dan akhirat.
B.
Saran-Saran
Seperti yang telah
disampaikan dimuka bahwa semua orang harus menyadari dan meyakini akan
keutamaan dan pentingnya ilmu, terutama bagi kalangan pendidik. Untuk selanjutnya
penulis merumuskan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya kita lebih
mendalam di dalam mempelajari keutamaan dan pentingnya ilmu, baik yang
bersumber dari al-Qur’an, hadits, kitab-kitab para ulama islam, maupun para
cendekiawan yang lain.
2. Hendaknya kita
mengembangkan sikap bangga akan ilmu yang telah kita raih, agar keutamaannya
tampak menghiasi diri kita dan orang-orang di sekitar kita.
3. Karena begitu besar
keutamaan dan pentingnya ilmu, maka hendaknya kita tidak berhenti begitu saja
dalam menuntut ilmu. Sesuai dengan sabda Rasulullah bahwa menuntut ilmu tetap
diharuskan sampai tubuh kita terkubur dalam liang lahat.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad. Ihya’ Ulum al-Din. Beirut. Darul
Ma’rifah. TT.
Al-Mawardi, Ali bin Muhammad bin Habib. Adab al-Dun-ya wal al-Din. Beirut: Dar
Iqra. 1985.
An-Nawawi, Yahya bin Syaaf. Al-Majmu’ ‘ala Syarh al-Muhadzab. Kairo:
Maktabah al-Muniriyah. TT.
Juz. 1 hlm. 40-41.
Kementerian Waqaf dan Urusan Islam
Kuwait. Ensiklopedi Fiqih. Kairo: Dar
As-Shofwah. 2007.
0 comments:
Posting Komentar